Salah Lokasi



(Dok. gaul.solopos.com)
Kisah ini terjadi beberapa bulan lalu ketika masa tahun ajaran di sekolah-sekolah akan berakhir. Jon Koplo mendapatkan pesanan dari salah seorang wali murid taman kanak-kanan (TK) di daerah Pleret untuk menyewa panggung pentas miliknya. Rencananya, panggung itu akan digunakan oleh para siswa-siswi di TK itu untuk pentas seni acara perpisahan. Karena Koplo sedang mempunyai acara keluarga sendiri, maka Koplo pun menghubungi Tom Gembus untuk membantu mengangkut sekaligus memasang panggung pentas itu. Singkat cerita, Gembus kemudian ke tempat Koplo menaikkan bagian-bagian panggung ke dalam colt t milik Gembus. Selanjutnya Gembus berangkat menuju ke lokasi TK yang dimaksud Koplo.
Sesampainya di sebuah TK, ternyata sudah terpasang tenda, kursi, dan juga spanduk pentas seni perpisahan TK. Melihat kondisi lokasi yang demikian, Gembus langsung berfikir bahwa lokasi TK-nya sudah benar. Maka, tanpa berpikir panjang Gembus langsung menurunkan satu per satu balok kayu yang merupakan bagian dari panggung pentas tersebut. Selanjutnya, Gembus memasang balok kayu itu satu per satu hingga membentuk panggung untuk pentas lagi. Menjelang magrib, proses pemasangan panggung untuk pentas itu pun telah selesai. Tapi, di sinilah musibah berawal. Sepulang dari acara keluarganya, Koplo kebetulan lewat di lokasi TK tempat Gembus memasang panggung pentas itu. Koplo pun mengutarakan bahwa lokasi TK yang dimaksud bukan TK yang sudah selesai Gembus pasangi panggung untuk pentas itu.
“Bukan di sini lokasi TK-nya Jon!”, ucap Tom Gembus. Kemudian Koplo sekali lagi menjelaskan pada Gembus lokasi dan nama TK-nya secara rinci. Akhirnya, Gembus pun harus membongkar lagi panggung untuk pentas yang sudah terpasang tadi. Bukan itu saja, Gembus bahkan juga masih harus kembali memasang panggung untuk pentas itu di lokasi TK yang sebenarnya. Sebabnya, pagi harinya akan digunakan untuk acara pentas seni siswa-siswi di TK itu. Alhasil, tidak ada pilihan lain bagi Gembus selain harus tetap memasang panggung untuk pentas itu meski hari sudah mulai gelap. “Gara-gara kerja tidak cermat, kerjaan yang sebetulnya dikerjain sekali bisa selesai jadi harus dua kali kerja”, gerutu Koplo dalam hati.

Dimuat di kolom "Ah Tenane" Solopos edisi 2 Sptember 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar