![]() |
(Dok. Solopos) |
Persaingan menuju singgasana RI 1- RI 2
yang diikuti oleh dua kandidat pasangan capres- cawapres, yaitu Prabowo
Subianto- Hatta Rajasa dan Joko Widodo (Jokowi)- Jusuf Kalla semakin
menunjukkan persaingan yang sangat ketat. Terbukti, dari berbagai survei
terbaru, elektabilitas kedua pasangan kandidat presiden dan wakil presiden
tersebut semakin menunjukkan gap yang
tidak terlalu jauh, yakni dikisaran 9 hingga 14 persen saja. Berdasarkan hasil
survei elektabilitas Soegeng Sarjadi School of Goverenment (SSSG) yang dirilis
pada 4 Juni lalu misalnya, tingkat elektabilitas Prabowo Subianto- Hatta Rajasa
dikisaran 28,35 persen, sementara Jokowi- Jusuf Kalla dikisaran 42,65 persen.
Pada survei ini pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters) sebanyak 29,00 persen. Survei tersebut dilakukan
dengan wawancara telepon terhadap 1.250 responden di 10 kota besar di seluruh
Indonesia. Rilis serupa dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengenai tingkat
elektabilitas kandidat capres- cawapres juga tidak berbeda jauh hasilnya.
Elektabilitas Prabowo- Hatta diangka 22, 75 persen, elektabilitas Jokowi- Jusuf
Kalla diangka 35,42 persen, dan undecidedd
voters diangka 41,83%. Menurut prediksi beberapa pengamat politik nasional,
di masa kampanye gap elektabilitas
kedua pasangan capres- cawapres tersebut diyakini akan terus menipis. Karena
itu, menyisir kelompok pemilih yang mempunyai potensi suara signifikan menjadi
hal yang mutlak dilakukan pada masa kampanye ini. Lebih dari itu, pendekatan
dan strategi politik dalam menggaet lumbung-lumbung suara juga harus
dimantapkan. Faktanya, pemilih yang belum mempunyai pilihan atau undecided voters, angkanya sangat
signifikan. Artinya, strategi dan pendekatan politik yang diterapkan saat ini
oleh masing-masing kubu capres- cawapres, terbukti tidak optimal. Apabila total
daftar pemilih tetap (DPT) Pilpres 2014 diperkirakan sebanyak 190 juta, maka
potensi undecided voters bisa
mencapai 70 juta suara. Dengan tingkat elektabilitas masing-masing pasangan
capres- cawapres saat ini, maka jelas bahwa pasangan yang mampu menggaet undecided voters, akan berpotensi besar
memenangkan persaingan Pilpres 2014 kali ini.
Keniscayaan
di Pilpres
Dalam setiap pagelaran Pilpres, undecided voters adalah keniscayaan
akibat beberapa kondisi, seperti kegagalan bakal capres yang dijagokan maju menjadi
capres, belum tersampaikannya visi- misi pasangan capres- cawapres ke publik
secara menyeluruh, dan maraknya propaganda hitam yang menyesatkan publik. Maka,
masa kampanye Pilpres yang secara resmi disediakan KPU antara 4 Juni hingga 5
Juli, mutlak harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kedua kubu pasangan capres-
cawapres tersebut. Menjadi tantangan bagi mereka untuk bisa konsisten melakukan
edukasi politik ke publik, menyampaikan visi- misi secara komprehensif, serta
melakukan praktik politik yang santun. Dengan begitu, pada masa pencoblosan 9
Juli mendatang, undecided voters bisa
menjadi loyalist voters bagi
masing-masing pasangan, bukannya malah menambah jumlah pemilih golongan putih
(golput). Jika dikategorikan, secara garis besar undecided voters bisa dibagi ke dalam dua golongan yakni pemilih
pemula dan pemilih muda. Pemilih pemula adalah mereka yang baru pertama kali
menggunakan hak pilihnya, jumlahnya diperkirakan mencapai 10 persen atau 19
juta pemilih. Sementara, pemilih muda adalah mereka yang berusia antara 17
tahun- 30 tahun, diperkirakan jumlahnya mencapai 30 persen atau 57 juta
pemilih. Dari gambaran tersebut, maka tampak jelas bahwa mayoritas undecided voters ini merupakan kelompok
pemilih muda. Oleh Matta (2013) kelompok pemilih muda ini disebut sebagai the
new majority. Karena itu, secara umum karakteristiknya pun juga berbeda dengan
pemilih generasi tua. Pemilih muda cenderung kritis, mandiri, independen,
antistatus quo, pro perubahan, dan berorientasi masa depan. Karakter lainnya
ialah pemilih muda umumnya tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang terbuka,
sehingga mereka cenderung terbuka menerima informasi dari berbagai sumber. Oleh
sebab itu, pendekatan dan strategi politik untuk menggaet undecided voters yang pada umumnya adalah pemilih muda ini, harus
benar-benar sesuai dengan karakteristik jiwa muda mereka. Jika tidak, bukan
tidak mungkin undecided voters
menjadi apatis terhadap kehidupan politik dan meningkatkan angka golput di pemilu-pemilu
selanjutnya.
Dua
Potensi Besar
Seyogianya, pasangan capres- cawapres
dan tim sukses masing-masing kubu menyadari bahwa undecided voters mempunyai dua potensi besar bagi kemajuan maupun
kemunduran proses demokrasi di negara ini. Di satu sisi, strategi tepat
pasangan capres- cawapres menggaet undecided
voters akan bisa meningkatkan partisipasi publik dalam dunia politik. Akan
tetapi di sisi lain, langkah arogan dan strategi instan dalam menggaet undecided voters, seperti dengan
bagi-bagi uang maupun kampanye hitam, jelas akan berdampak buruk bagi
pemilu-pemilu di masa yang akan datang. Bukan tidak mungkin publik menjadi
semakin apatis terhadap politik, imbasnya angka golput akan meningkat. Maka, demokrasi
tanpa partisipasi dari mayoritas publik dalam pemilu, jelas adalah sebuah
demokrasi yang cacat dan tidak sehat. Oleh sebab itu, seyogianya pendekatan dan
strategi politik yang diusung oleh kedua kubu pasangan capres- cawapres dalam
menggaet undecided voters harus
menggunakan paradigma jangka panjang. Selain itu, pendekatan dan strategi
politik yang digunakan harus memenuhi aspek edukatif, partisipatif, santun, dan
bermartabat. Segala tindakan yang kontraproduktif dengan peningkatan
partisipasi publik dalam politik harus dibuang jauh-jauh. Undecided voters harus dipandang sebagai aset bagi politik dan
demokrasi di masa mendatang. Karena itu, sudah saatnya para tim sukses pemenangan
Pilpres baik di kubu Prabowo- Hatta maupun Jokowi- Jusuf Kalla menyusun grand design strategi politik futuristik.
Di mana di dalamnya juga mengakomodasi terciptanya pembangunan dan peningkatan
partisipasi aktif publik di pemilu, tidak semata-mata hanya sebatas pada
pemenangan Pilpres belaka. Semoga!
Dipublikasikan dalam Gagasan Solopos edisi 18 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar